Analisis Dimensi Implementasi P5 – Artikel dalam Festival Sekolah Adipangastuti

(Penulis Artikel : Bojan Ibrahimovic)

Suatu sistem dengan pembelajaran intrakurikuler yang bertujuan untuk pengembangan minat bakat siswa-siswi. Itulah Kurikulum Merdeka, kurikulum yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjadikan acuan mengajar para guru di sekolah. Banyak program yang terdapat dalam Kurikulum Merdeka, salah satunya ialah Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Projek Penguatan Profil Pancasila atau P5 merupakan sebuah kegiatan kokurikuler yang berfokus pada pendekatan proyek untuk memperkuat upaya dalam mencapai kompetensi dan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Profil Pelajar Pancasila berperan sebagai referensi utama yang mengarahkan kebijakan-kebijakan pendidikan termasuk menjadi acuan untuk para pendidik dalam membangun karakter serta kompetensi peserta didik.

Pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Secara lebih mendetail, karakter Pelajar Pancasila dijabarkan dalam Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari 6 dimensi berikut: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) Berkebinekaan global, 3) Gotong royong, 4) Mandiri, 5) Bernalar kritis, 6) Kreatif. Keenam dimensi Profil Pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai satu kesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang berkompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Guru perlu mengembangkan keenam dimensi tersebut secara menyeluruh melalui kegiatan-kegiatan, seperti P5 yang dilakukan di beberapa sekolah yang ada di Indonesia.

Namun, dalam pengimplementasian dimensi Profil Pelajar Pancasila masih terdapat kekurangan yang harus dibenahi agar pelaksanaan kegiatan, terutama kegiatan P5 dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Dan yang akan kita bahas pada artikel ini akan ada tiga dimensi yang paling terpancar kesalahannya diimplementasinya. Jika dikaji lebih lanjut kekurangan tiga dimensi Profil Pelajar Pancasila sebagai berikut :

  1. Dimensi Pertama P5 : Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia

Pada dimensi yang pertama, tentu kita tau bahwasanya setiap individu harus selalu beriman kepada Tuhan-nya dan menjalankan segala perintahnya. Sebagai contoh pada suatu Lembaga Pendidikan, memiliki aturan yang mengharuskan siswa-siswinya untuk melakukan ibadah pagi sebelum melakukan kegiatan P5. Namun, masih terdapat siswa-siswi yang tidak menjalankan aturan tersebut. Dan itulah kekurangan yang terdapat pada dimensi Profil Pelajar Pancasila pertama.

2. Dimensi ketiga P5 : Gotong Royong

Selanjutnya ada dimensi bergotong-royong, dimana para peserta didik diharapkan memiliki kompetensi untuk berkegiatan secara bersama-sama. Contoh dari penerapan dimensi bergotong-royong seperti, pengerjaan projek yang diberikan dari guru dengan metode berkelompok. Namun, terdapat satu atau dua anak yang tidak aktif membantu berkegiatan dalam kelompok tersebut. Maka itulah permasalahan yang terdapat pada dimensi Profil Pelajar Pancasila ketiga, tidak aktif dalam kegiatan P5.

3. Dimensi keempat : Mandiri

Yang keempat terdapat dimensi mandiri. Tentu kita tau, apa maksud dari kata “mandiri” ini. Yang diharapkan dari kata tersebut adalah para peserta didik dapat bertanggung jawab dari proses belajar yang ia jalani. Namun, terdapat pula siswa ataupun siswi yang memiliki sifat individualisme. Entah bagaimana sifat ini bisa tertanam di diri mereka. Mungkinkah mereka tidak puas dengan hasil kerja temannya ataupun ia memang lebih suka bekerja sendiri. Namun, walau apapun alasannya jelas sifat ini sangat tidak disarankan untuk bekerja secara tim. Sebab kerjasama tim mengutamakan keterlibatan seluruh anggota tim untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah disepakati bersama.

Banyak kekurangan dalam pengimplementasian dimensi Profil Pelajar Pancasila. Namun, dengan cara apa kita membenahi permasalahan-permasalahan tersebut. Maka dari itu, simak lebih lanjut penjelasan dibawah:

  1. Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia

Dalam hal ini penyontohan secara langsung perlu dilakukan oleh guru pengajar. Karena jika hanya memerintah siswa-siswi untuk melaksanakan ibadah pagi tanpa dipraktekan langsung oleh yang memerintah. Sama saja hal itu tidak akan berpengaruh kepada siapapun.

2. Gotong Royong

Masalah ini memang sering dan banyak ditemui di kalangan pendidikan. Namun, tidak menjadi hambatan bagaimana cara mengatasinya. Permasalahan ini dapat kita atasi dengan berbagai langkah berikut. Pertama, guru atau fasilitator perlu mengetahui mengapa anak-anak tersebut tidak aktif berkegiatan. Apakah mereka merasa kegiatan tidak relevan maupun sulit memahami materi. Kedua, guru atau fasilitator perlu membuat aktifitas menarik. Pekerjaan yang membuat anak tersebut menjadi lebih antusias. Ketiga atau yang terakhir ialah, berikan umpan balik yang positif. Berikan masukan atau pujian, sehingga anak tersebut termotivasi untuk terlibat lebih aktif.

3. Mandiri

Mengatasi masalah pada dimensi ini, sebetulnya sangat sama pada cara mengatasi permasalahan yang terdapat pada dimensi “Gotong Royong”. Yakni, guru atau fasilitator harus mengetahui alasan permasalahan. Serta guru atau fasilitator juga memberikan motivasi agar anak tersebut dapat bekerjasama dalam pengerjaannya. Pendekatan yang komprehensif inilah yang perlu ditingkat agar kita dapat dengan mudah mempengaruhi perilaku objek.

Kesimpulan dari penjelasan-penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya ialah. Seluruh komponen Pendidikan dalam pelaksanaan kegiatan Projek Penguat Profil Pelajar Pancasila, mampu berkontribusi aktif dalam pelaksanaanya dan juga guru maupun fasilitator selalu memberikan pengarahan yang positif terhadap anak didiknya. Sehingga mampu terwujudnya program Kurikulum Merdeka yaitu Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dapat berjalan sesuai dengan enam isi dimensi yang ada.

Perlu ditegaskan bahwasanya segala penjelasan yang terdapat pada artikel ini, dijelaskan berdasarkan fakta yang terjadi dilapangan. Tidak semerta-merta penulis memberikan penjelasan melalui opini penulis sendiri.

Bagikan:

Tags

Related Post

Tinggalkan komentar